Seminar Tantangan Pendidikan Agama Islam di Era Post-Modernisme

15 Januari 2025 oleh
pasca

Humas IAIN Parepare – Pascasarjana Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Parepare sukses menggelar seminar bertajuk “Tantangan Pendidikan Agama Islam di Era Post-Modernisme.” Acara ini menarik perhatian akademisi, praktisi pendidikan, dan mahasiswa pascasarjana yang berkumpul untuk membahas tantangan dan strategi pendidikan agama Islam di tengah perubahan paradigma era post-modernisme.

Seminar yang berlangsung dengan penuh antusiasme ini menghadirkan pembicara-pembicara terkemuka, di antaranya Rektor IAIN Parepare, Prof. Dr. Hannani, M. Ag., Prof. Dr. Hj. Hamdanah Said, M. Si., dan Direktur Pascasarjana, H. Islamul Haq, Lc., M. Th.I. Dalam pidato pembukaan, Prof. Dr. Hannani, M. Ag., mengulas dampak era post-modernisme terhadap cara pandang umat Islam terhadap tradisi dan akidah. Menurutnya, pendidikan agama Islam harus mampu merespons kritik sekaligus menawarkan solusi terhadap isu-isu kontemporer yang dihadapi masyarakat.

Melanjutkan pembahasan, Prof. Dr. Hj. Hamdanah Said, M. Si., menyoroti peran teknologi dan media sosial dalam pendidikan agama. Ia menekankan bahwa platform digital dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai Islam secara menarik bagi generasi muda. Namun, ia juga mengingatkan akan bahaya penyebaran informasi yang tidak valid serta pentingnya menjaga akidah di tengah derasnya arus informasi.

Salah satu isu utama yang menjadi fokus diskusi adalah tantangan relativisme dan sekularisme yang semakin meluas. Panel diskusi menekankan perlunya penguatan identitas Islam yang inklusif, di mana pendidikan agama Islam harus dapat membedakan antara tradisi budaya lokal dan ajaran agama yang bersifat universal. Dalam konteks ini, kurikulum pendidikan agama Islam dianggap perlu direformasi agar dapat memasukkan isu-isu seperti etika, toleransi, dan keharmonisan dalam keberagaman.

Para peserta seminar, termasuk mahasiswa pascasarjana, berdiskusi aktif mengenai cara menjembatani kesenjangan antara ajaran Islam tradisional dan kebutuhan kehidupan modern. Salah satu poin yang mengemuka adalah pentingnya menciptakan pendekatan pendidikan yang adaptif, sehingga dapat relevan dengan kehidupan kaum muda di era digital.

Seminar ini juga menghasilkan sejumlah rekomendasi penting. Di antaranya adalah pelatihan intensif bagi para pendidik dalam memanfaatkan teknologi, pengembangan kurikulum yang sesuai dengan dinamika masyarakat, dan peningkatan literasi media bagi siswa. Hal ini diharapkan mampu memperkuat pendidikan agama Islam sebagai pondasi dalam membentuk generasi muda yang tangguh, berkarakter, dan berdaya saing.

Muh. Kasim, seorang mahasiswa pascasarjana Prodi PAI yang turut hadir dalam seminar, menyampaikan harapannya agar acara ini menjadi langkah awal bagi pengembangan strategi konkret dalam pendidikan agama Islam. “Semoga seminar ini mampu mendorong inovasi dalam pendidikan agama yang lebih inklusif dan adaptif, sehingga dapat menjawab tantangan era post-modernisme yang terus berkembang,” ungkapnya.

Seminar ini ditutup dengan penuh optimisme. Kolaborasi antara pendidik, orang tua, dan masyarakat diharapkan mampu menjadikan pendidikan agama Islam sebagai motor penggerak dalam membentuk generasi muda yang cerdas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi perubahan zaman. Melalui upaya bersama, pendidikan agama Islam diyakini dapat terus memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan agama.

di dalam Berita